WELCOME

<< WELCOME >> << WELCOME >>

Minggu, 11 Oktober 2015

ADAT ISTIADAT

Adat Istiadat Budaya Maluku ( Ambon )

'PELA'

1. Pendahuluan

Budaya Maluku adalah aspek kehidupan yang mencakup adat istiadat, kepercayaan, seni dan kebiasaan lainnya yang dijalani dan diberlakukan oleh masyarakat Maluku. Maluku memiliki beragam budaya dan adat istiadat mulai dari alat musik, bahasa, tarian, hingga seni budaya.

Daerah Maluku adalah daerah yang berada di Timur Indonesia, yang diketahui banyak keindahan alamnya disana, Suatu daerah yang memiliki Fam atau Marga yang banyak, hampir sama dengan daerah Medan yang dikenal dengan orang bataknya. Di Maluku saya mengetahui sedikit tentang suatu adat dimana yang sekarang mungkin telah menjadi suatau budaya juga namanya adalah Pela.

Pela adalah suatu sistem hubungan sosial yang dikenal dalam masyarakat Maluku, berupa suatu perjanjian hubungan antara satu negeri (sebutan untuk kampung atau desa) dengan negeri lainnya, yang biasanya berada di pulau lain dan kadang juga menganut agama lain di Maluku (Bahasa Ambon: Tapele Tanjong). Biasanya satu negeri memiliki paling tidak satu atau dua Pela yang berbeda jenisnya.

PELA, adalah suatu warisan budaya masyarakat Maluku yang sudah merakyat dalam kehidupan masyarakat di Maluku secara umum, dan Pela itu ada di semua entitas budaya Maluku baik di Kota Ambon, Maluku Tengah maupun di Maluku Tenggara Raya, yang setiap tahun dilakukan ritual Panas Pela untuk menghangatkan lagi peristiwa terjadinya Panas Pela itu.

Terkait dengan itu maka Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon (BPNB Ambon) sementara melakukan inventarisasi melalui kegiatan pendaftaran warisan-warisan budaya, untuk ditetapkan sebagai salah satu mata budaya warisan budaya Indonesia. Selama ini setiap negeri dengan swadaya sendiri melakukan upaya-upaya dalam rangka proses Panas Pela ataupun Gandong, untuk lebih mengeratkan lagi hubungan kekerabatan, kekeluargaan yang terjadi pada saat peristiwa-peristiwa sosial.

Dalam kehidupan masyarakat Ambon, hubungan persaudaraan atau kekeluargaan terjalin dengan akrab antara satu desa dengan desa yang lain, hubungan kekeluargaan yang terbentuk secara adat dan budaya orang suku ambon yang di kenal oleh orang luar itu di sebut dengan istilah ‘PELA’.pela yaitu suatu ikatan persaudaraan atau kekeluargaan antara dua desa atau lebih dengan tujuan untuk membantu dan menolong satu dengan yang lainnya dan saling merasakan senasib dan sependeritaan.hubungan PELA ini di bentuk oleh para datuk ataupun oleh para leluhur dalam ikatan yang begitu kuat, tapi ikatan PELA ini hanya terjadi antara desa Non Muslim dengan desa Non Muslim, dan desa kriteNon Muslim dengan desa Muslim, meskipun ada dua agama di suku Ambon tetapi hubungan persaudaraan dan hubungan kekeluargaannya yang begitu kuat.

Pada umumnya mata pencaharian orang suku ambon biasanya yaitu menjadi petani di ladang,dalam hal ini orang suku ambon membuka sebidang tanah di hutan dengan cara menebang pohon-pohon dan membakar batang-batang dan juga dahan-dahan kering, ladang yang telah di tebang dan di bakar tersebut dan di olah dengan tongkat kemudian di tanami tanpa irigasi, biasanya yang di tanami oleh orang suku ambon yaitu kentang, kopi, tembakau, cengkih dan buah-buahan. Selain bertani ,orang suku ambon juga berburu babi hutan, rusa dan burung kasuari, mereka berburu dengan menggunakan jerat dan lembing yang di lontarkan dengan jebakan.hampir semua penduduk pantai menangkap ikan, orang suku ambon menangkap ikan dengan berbagai cara,yaitu dengan menggunakan kail,kait dan jaring,perahu-perahu meraka terbuat dari sebatang kayu dan di lengkapi dengan cadik yang di namakan perahu semah.

2. Teori


Beberapa waktu terakhir, dunia berita kita diwarnai dengan berbagai informasi penting seputar pertikaian antar pemeluk agama. Pengalaman buruk masa silam terulang lagi. Beberapa orang menjadi korban, mati hanya karena berjuang untuk keyakinan yang dianutnya. Indonesia punya catatan panjang tentang ini dan selalu bermula dari tempat yang paling damai. Tanah Ambon yang kuat dengan filosofi Pela Gandong pernah porak-poranda tak tentu arah tahun 1999 silam,  karena konflik saudara sedarah beda agama. Peristiwa tragis ini menyebar dengan mudah ke bergulir ke berbagai wilayah lain di negara ini. Sikap yang kemudian muncul adalah curiga, fitnah dan prasangka buruk atas kehadiran orang lain yang beda agama, meski sebenarnya memiliki pertalian darah. Tetapi benarkah konflik Ambon di akhir abad 20 itu adalah konflik agama?

Raja Seith Mahfud Nukulele dan Raja Passo Ny. Theresye Maitimu dua tokoh beda agama, menjelang proses berakhirnya konflik mulai meragu. Mereka tidak sangat yakin bahwa konflik tersebut adalah persoalan yang muncul karena benturan soal keyakinan. Keduanya meyakini bahwa filosofi Pela dan Gandong tidak mungkin berantakan begitu saja hanya karena soal agama. Terbukti di pengungsian, kelompok Acang (Muslim) dan Obeth (Kristen) justru bisa hidup berdampingan dengan baik. Ini pernyataan Maitimu seperti dikutip KCM Sabtu, 8 September 2001: "Akibat konflik meletus, sekitar 4.000 warga Muslim di Passo mengungsi mencari tempat yang dirasa lebih aman di Halong, kompleks milik TNI AL. Di sana komunitas Kristen dan Muslim bisa berbelanja bersama-sama. Saling ngobrol seperti biasa. Tidak ada permusuhan agama. Kami bertemu dan saling menyesal mengapa semua ini mesti terjadi. Kalau ini perang agama, mestinya kami membenci satu sama lain." Komentar yang meragukan kemunculan konflik Ambon sebagai akibat sentimen pemeluk agama juga muncul dari Nukulele. "Kami bertanya-tanya apakah benar ini konflik agama atau hanya akibat kepentingan-kepentingan politik. Kami melihat bahwa yang jadi korban adalah rakyat kami sendiri, bukan orang lain. Isu agama telah dipakai untuk menjerumuskan dua komunitas Muslim dan Kristen dalam bentrok," kata Nukulele (KCM, 8/9/01).  Tetapi mengubah pandangan masyarakat tentang itu tentu sangat tidak mudah. Kedua tokoh ini juga mengakui hal tersebut.

Tetapi yang menarik di sini adalah, adanya metode keraguan yang memunculkan kemungkinan lain sebagai penyebab konflik tersebut. Sesuatu yang lebih besar kadar kepentingannya karena menyangkut orang besar mungkin menjadi penyebabnya. Teori Konspirasi; bisa jadi adalah satu-satunya alasan yang bisa dipakai untuk melihat konflik tersebut, bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Isu agama lalu dipakai sebagai alat, karena isu ini adalah yang paling sensitif di negeri bernama Indonesia ini.

Bisakah teori konspirasi juga dipakai untuk membaca situasi saat ini di Indonesia, ketiak konflik agama merebak terkait peristiwa Pandeglang yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dari Ahmadyiah dan rusaknya bangunan gereja buntut vonis pengadilan kasus penistaan agama oleh Antonius? Saya tentu saja tidak dalam kapasitas yang sangat tepat untuk menjawab ini terkait dengan keterbatasan sumber pustaka dan materi-materi lain yang dibutuhkan untuk membaca itu. Tetapi titik sorot saya adalah pada kebarengan munculnya kasus ini dengan meredupnya informasi seputar kasus Gayus, Century dan Cek Pelawat yang notabene berkemungkinan besar menyeret orang-orang penting atau dalam bahasa teori konspirasi adalah orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh.

Munculnya kasus konflik agama langsung menarik perhatian media. Berbagai Headline, talkshow primetime sampai ke berita gosip pun selalu membahas soal ini. Bergantinya headline sampai gosip dari kasus korupsi ke soal agama berjalan sangat cepat, karena kemunculan konflik agama juga sangat cepat dan sporadis. Konsentrasi publik pun digiring dengan mudah, karena peralihan isu ini dilakukan oleh semua media bahkan para Kompasianer. Maka menguaplah kasus korupsi entah ke mana. Presiden SBY bahkan mengeluarkan pernyataan keras tentang kekerasan atas nama agama dan memberikan instruksi kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut. "Bubarkan Ormas-ormas tersebut jika terbukti bersalah," ungkap presiden dalam pidatonya di puncak peringatan Hari Pers Nasional di Kupang Rabu (9/2) kemarin. Media pun terseret ke sana, ke arah konflik agama dan sepertinya melupakan 12 instruksi Presiden yang belum lama dikeluarkan terkait penanganan kasus Korupsi di Indonesia.

Kondisi ini membawa saya pada pertanyaan-pertanyaan seperti ini:

1. Mengapa kasus konflik agama ini muncul bersamaan di tempat yang berbeda, seolah ada yang menggerakkannya;

2. Kalau ada yang menggerakkannya, siapa?

3. Siapa yang beruntung atas munculnya kasus konflik horisontal ini?

Pertanyaan pertama mungkin telah sedikit dijawab pada paparan di atas. Tetapi untuk menjawab pertanyaan ke-2 dan ke-3, berdasarkan penjelasan sederhana tentang teori konspirasi, mungkin digerakkan oleh kelompok kepentingan tertentu yang merasa terganggu dengan kasus-kasus besar yang mereka hadapi saat ini, dan merasa perlu menciptakan dan membiarkan tindak anarkis agar terjadi pengalihan isu. Ini dilakukan untuk melindungi kepentingan dan juga kursi yang mulai berderik tak nyaman. Maka, jiwa-jiwa tak bersalah menjadi penting untuk dimartirkan demi tak terusiknya kekuasaan. Maka jangan heran jika saat ini kita ramai bicara tentang konflik agama, karena kita sengaja dibuat amnesia pada kasus korupsi. Jika amnesia kita dirasa oleh pencipta konflik tidak sangat permanen, maka akan segera ada konflik lebih besar lagi agar kita benar-benar amnesia.

Catatan ini hanya sekedar refleksi pada konflik Indonesia saat ini.

PS: Pela Gandong:  Warisan leluhur Ambon yang dipakai sebagai filosofi hidup bersama dengan nilai tertinggi adalah saling menjaga dan menghargai.



3. Analisis

Setelah terjadinya konflik di daerah Maluku (Ambon) masyarakat Maluku mulai hidup damai, dengan adanya Pela tersebut. tidak hanya Pela saja yang juga mempersatukan mereka.
Sepak Bola disana juga mempersatukan kami, dimana sepak bola di Maluku itu awalnya sebagai hiburan semata, akan tetapi ada nilai positif yang lebih dari itu yaitu bisa dapat mempersatukan kita sebagai masyarakat Maluku. Tidak ada lagi rasis antara Fan, tidak lagi ada kata kata yang keras dalam hal ini.

Yang sama-sama kita ketahui yaitu kisah dalam salah satu Film Indonesia yang berjudul : Cahaya Dari Langit Timur Beta Maluku. secara singkat menceritakan kisah daerah itu sendiri, dan dengan cara sepak bola itu lah masyarakat bisa bersatu, itu salah satunya.

Pela yang saya ketahui adalah suatu bentuk tali ikatan darah dalam menjalin suatu persaudaraan yang di lakukan biasanya oleh kalangan Muslin dan Non Muslim, untuk menyatakan bahwa kami sudah Pela dan menjadi suatu keluarga dimana FAM atau MARGA yang kami miliki tidak bisa untuk melakukan pernikahan.

Saya sendiri memiliki darah Ambon yang kuat dari Orang tua laki-kali saya, Desa/ Kampung saya berasal di Kailolo, dimana di desa tersebut mayoritas penduduk itu semua Muslim, saya memiliki Fam atau Marga yang berada tepat di belakang nama saya yaitu: Marasabessy
Yang saya tahu dari keluarga saya, Marasabessy marga besar, semua orang Ambon tau itu. Tidak hanya marga saja yang besar dan di akui oleh Masyarakat Ambon juga, tetapi di kalangan lainnya.

Mungkin bagi saya, Pela ini cukup baik bagi kalangan yang terlahir dan besar di Maluku yang tetap dan harus menganut adat dan budaya di Maluku, Selain sebagai pemersatu atau mengikat persaudaraan antara umat beragama, saling RESPECT terhadap sesama, membuat kita menjadi sadar bahwa memnag kita adalah mahluk sosial, bukan mahluk yang kejam yang membedakan agama.
Saya mengutip sedikit perkataan dari Film Indonesia tadi yaitu film Cahaya dari langit Timur Beta Maluku, yaitu : bahwa kami bukan Islam, dan juga kami bukan Kristen. Karna kami Maluku, dan kami bisa jaga itu dan bisa menyatukannya. 

Saya harap dengan adat dan budaya Pela ini akan menjadikan Maluku yang Baik dan bukan hanya Pela saya yang menjadi pemersatu, jangan lupa bahwa sepak bola juga bisa menyatukan kita.


4. Referensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Maluku
https://id.wikipedia.org/wiki/Pela
http://www.kompasiana.com/arminbell/konflik-agama-dan-teori-konspirasi_55008104a333111d72510fab
http://www.tribun-maluku.com/2015/08/pela-akan-ditetapkan-sebagai-warisan.html






Tidak ada komentar:

Posting Komentar