WELCOME

<< WELCOME >> << WELCOME >>

Sabtu, 04 April 2015

Rangkuman Penalaran dan Silogisme

PENALARAN adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Kegiatan penalaran dapat bersifat ilmiah dan non ilmiah. Dari prosesnya, penalaran dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
Penaralan Indukftif : Proses penaralan untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta- fakta yang bersifat khusus.
Penalaran Deduktif : Kebalikan dari Penalaran Induktif, penalaran deduktif ini adalah penalaran yang berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta- fakta yang bersifat umum.
PROPOSISI: Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.
EVIDENSI : Semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatau fenomena. Wujud Evidensi adalah berbentuk data dan informasi (keterangan yang di peroleh dari sumber tertentu).
Cara Menguji Data : Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Macam – macam cara untuk dapat di gunakan dalam pengujian data : Observasi, Kesaksian, dan Autoritas.


Cara Menguji Fakta : Fakta adalah adalah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan
Untuk menguji fakta kita butuh melakukan 2 kali penilaian.
1.    Menentukan apakah data itu merupakan kenyataan atau yang sungguh terjadi. Setelah yakin dengan hal itu barulah dilakukan penilaian yang kedua.
2.    Penilaian kedua ini berdasarkan 2 dasar yaitu Konsistensi dan juga Koherensi.
Cara Menilai Autoritas : Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa cara pokok sbagai berikut:
1.    Tidak mengandung Prasangka : Artinya pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
2.    Pengalaman dan Pendidikan Autoritas : Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
3.    Kemashuran dan Prestise : Faktor ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli menyertakan pendapatnya dengan fakta yang menyakinkan.
4.    Koherensi dengan Kemajuan : Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan.
SILOGISME : Suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Bentuk Penalaran dengan cara menghubung-hubungkan dua pernyataan yang berlainan untuk dapat ditarik simpulannya. Silogisme termasuk dalam penalaran deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam sebuah karangan.
Jenis- Jenis Silogisme : Silogisme Kategorial, Silogisme hipotesis, dan Silogisme alternative
Unsur – Unsur Yang Terdapat Dalam Silogisme:
1.    Premis Umum (Premis Mayor) : menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (A) memiliki sifat atau hal yang tersebut pada (B)
2.    Premis Khusus (Premis Minor) : menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (C) adalah anggota golongan tertentu (A)
3.    Simpulan : menyatakan bahwa sesuatu atau seseoarng itu (C) memiliki sifat atau hal yang tersebut pada B
Silogisme kategorial adalah salah satu premis merupakan anggota premis yang lain.
Rumus :     PU : Semua A=B
        PK : Semua C=A
        S : Semua C=B
Silogisme Negatif : Ciri silogisme negatif yaitu ada kata bukan atau tidak
Contoh:
PU: Siswa yang baik selalu mengerjakan pekerjaan rumah
PK: Asep Bukan Siswa yang baik
Silogisme Hipotesis : silogisme yang memiliki premis mayor berupa proposisi hipotetis (jika), sementara premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris.
Contoh :     PU: Jika hari ini tidak hujan, saya datang ke rumahmu
        PK: Hari ini ujan
        S  : Saya tidak datang ke rumahmu
Silogisme Alternatif : silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
PU: Boim berada di Bandung atau Bogor
PK: Boim berada di Bandung
K : Boim tidak berada di Bogor
Entimen : Suatu silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum, yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Rumus; C=B karena C=A
Contoh :
PU : Semua siswa SMAN 1 Indramayu masuk di universitas favorit yang mereka impikan. (Semua A=B)
PK : Boim Siswa SMAN 1 Indramayu (C=A)
K  : Boim masuk universitas favorit (C=B)
Bentuk Entimennya:
Boim masuk universitas favorit yang ia impikan karena  ia siswa SMAN 1 Indramayu. (C=B Karena C=A).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar